Tabel diatas adalah tabel pengklasifikasian batuan
beku yang dibuat oleh Dr. Russell B. Travis pada buku yang berjudul Quarterly of The Colorado School of Mines vol.
50 nomor 1. Pada tahun 1955.
Tabel
ini mengklasifikasikan batuan beku berdasarkan mineral penyusun batuan tersebut
(essential minerals, accessory minerals) dengan melihat
jumlah mineral apa saja yang melimpah dan dominan. Mineral yang demikian
disebut dengan essential minerals.
Mineral – mineral ini adalah mineral yang paling menentukan nama suatu batuan.
Contohnya adalah quartz, feldspathoid, dan feldspar. Sedangkan accessory minerals adalah mineral yang
keberadaanya lebih sedikit dibangkan dengan mineral esensial namun dapat juga
menentukan dalam penamaan suatu batuan. Contoh dari mineral aksesori ini adalah
biotite, muscovite, dan sebagainya.
Selain
berdasarkan komposisinya, Russell juga mengklasifikasikan batuan beku
berdasarkan komposisi kimianya dan color
index. Kandungan SiO2, Al2O3, Fe2O3
dalam suatu batuan akan sangat berpengaruh dalam penamaan batuan itu.
Sedangkan color index adalah
pengklasifikasian batuan berdasarkan warnanya.
Berdasarkan
teksturnya, beliau juga mengklasifikasikan batuan kedalam 3 kelompok besar
yaitu faneritik, porfiritik, dan afanitik. Faneritik adalah tekstur batuan yang
mempunyai ukuran mineral yang relatif sama dan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Porfiritik adalah tekstur batuan yang mineral-mineralnya memiliki
ukuran yang berbeda dan dapat dilihat dan dibedakan dengan mata telanjang.
Porfiritik ini masih dibagi lagi menjadi phaneritic
groundmass yaitu batuan yang mempunyai mineral yang berukuran besar
(fenokris) tetapi massa dasar yang masih nampak dan aphanitic groundmass yaitu batuan yang memiliki fenokris dengan
massa dasar yang halus dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
(mikroskopis). Afanitik adalah tekstur batuan semua mineral penyusunnya
berukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Afanitik
dibagi menjadi microcrystalline dan glassy. Glassy adalah tekstur yang
keseluruhannya terdiri dari kaca seperti obsidian
dan pitchstone.
Berikut
ini adalah cara penggunaan tabel diatas. Jika ada sebuah batuan, pertama-tama
yang kita lakukan adalah meninjau essential
mineral-nya. Mineral apakah yang mendominasi batuan tersebut. Jika batuan
tersebut memiliki jumlah potash feldspar lebih dari 2/3 dari keseluruhan
feldspar, maka kemungkinan batuan tersebut bersifat asam (felsic). Setelah itu
amati keberadaan mineral aksesorinya. Namun, nama batuan tidak dapat diketahui
hanya dengan meninjau komposisi mineral batuan tersebut untuk itu kita masih
harus melihat lagi aspek color index dan komposisi kimia. Komposisi kimia ini
tidak dapat dilakukan dilapangan dengan pengamatan mata, akan tetapi dapat
diketahui melalui pengamatan laboratorium, hal ini dapat menyita waktu yang
cukup lama. Langkah selanjutnya adalah pengamatan tekstur batuan tersebut, jika
teksturnya faneritik dan memiliki kandungan lebih dari 2/3 dari keseluruhan feldspar dengan quartz lebih dari 10% maka batuan tersebut adalah granite, bila quartz dan feldspathoid kurang
dari 10% maka batuan tersebut adalah syenite.
Dan jika teskturnya porfiritik dan groundmass-nya faneritik maka batuan
tersebut adalah granite porphyry,
sedangkan jika teskturnya porfiritik dan groundmass-nya afanitik maka batuan
tersebut adalah rhyolite porphyry.
Demikian cara penggunaan tabel diatas, semua penamaan batuan tergantung dari
komposisi mineral yang mencakup essential
minerals dan accessory minerals, color index, komposisi kimia, dan yang
terakhir adalah tekstur batuan tersebut.
Daftar
Pustaka
Bonewitz, R.
Louis. Rocks & Minerals. London: Dorling Kindersley Ltd.
Fenton, C.L.,
Fenton, M.A. 1940. The Rock Book. New
York: Doubleday Co.
Soetoto. 2001. Geologi. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Geologi FT-UGM.
0 komentar:
Post a Comment