Pembangunan smelter yang wajib dilakukan perusahaan tambang di 2014 dinilai akan menjadi titik kebangkitan Indonesia di bidang industri pengolahan hasil minerba.
Kalangan pengusaha mendukung pembangunan pengelolahan dan pemurnian mineral (smelter) seperti yang diinstruksikan pemerintah.
Semangat pemerintah untuk memperbanyak industri pengolahan minerba dalam negeri dinilai merupakan langkah yang tepat, terutama industri smelter yang merupakan industri pioner, dengan mengacu kepada UU Minerba No.4/2009, Inpres no.3/2013 serta Permen ESDM No.7/2012.
Industri smelter tersebut diantaranya smelter tembaga/emas, aluminium, nikel, besi, dan mineral yang lain, karena industri tersebut menghasilkan bahan baku untuk industri hilir dalam negeri.
"Selama ini impor bahan baku untuk kebutuhan industri hilir mencapai 80 persen dari industri hilir yang ada di dalam negeri," ungkap Direktur Utama PT. Indosmelt Natsir Mansyur, di Jakarta, Selasa (12/7/2013).
Natsir mengaku, mendukung kebijakan pemerintah dan mengapresiasi Kementerian Perekonomian, Kementerian ESDM dan Kementerian Perindustrian untuk mendorong program hilirisasi minerba melalui pembangunan industri pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri.
Natsir menambahkan, membangun industri smelter sifatnya bervariatif tergantung pada jenis mineral logam yang akan diproduksi. Menurutnya, membangun smelter bukan hal yang sulit dibangun oleh pengusaha nasional asalkan pemerintah bisa jelas, tegas, dan konsisten terhadap penerapan aturan yang mendukung pembangunan industri smelter.
"Pemerintah harus jelas, tegas dan konsisten karena industri smelter ini industri pionir dengan investasi besar, berjangka panjang dan teknologi tinggi. Sehingga dibutuhkan kepastian hukum dan adanya insentif lainnya," ungkap Natsir.
Natsir menuturkan, Indonesia mempunyai cadangan minerba sangat besar. Sehingga mulai 4-30 tahun ke depan Indonesia harus menjadi negara penghasil tambang yang telah diolah dalam negeri untuk kebutuhan dunia seperti tembaga produk akhir katoda, emas untuk cadangan devisa nasional kita dan ekspor.
Perbandingan cadangan devisa emas di Bank Indonesia (BI) hanya 90 ton, Amerika 4000 ton, dan China 3500 ton. Sementara produk aluminim dan nikel serta besi Indonesia berpeluang untuk menyuplai kebutuhan dunia.
"Jadi apanya yang sulit bagi Indonesia untuk membangun smelter," ujar Natsir.
Pihaknya berharap, tahun 2014 bisa menjadi titik kebangkitan Indonesia di bidang industri pengolahan hasil minerba melalui pembangunan smelter agar ekspor tanah air selama 30 tahun ke depan dapat teratasi.
"Hal ini bisa sukses jika pemerintah, swasta dan BUMN saling bersinergi dan memahami betapa pentingnya industri smelter ini dibangun oleh indonesia, khususnya oleh para pelaku ekonomi nasional," pungkasnya. (Pew/Igw)
sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/639847/wajib-bikin-smelter-akan-jadi-titik-bangkit-industri-tambang-ri
0 komentar:
Post a Comment